ESSAY (Apakah Media Konvensional Masih Relevan di Era Digital? ** Analisis Kritis dalam Konteks Masyarakat Madura, Studi di Kabupaten Bangkalan)
Apakah
Media Konvensional Masih Relevan di Era Digital?
Analisis Kritis dalam Konteks Masyarakat
Madura, Studi di Kabupaten Bangkalan
Oleh : Mohammad Faisol
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi digital telah mengubah wajah
komunikasi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Arus informasi kini
berjalan dengan kecepatan tinggi melalui media sosial, portal berita daring,
dan berbagai platform digital. Media digital menjadi ruang publik baru yang
menuntut kecepatan, interaktivitas, dan kemudahan akses. Namun di tengah
dominasi dunia digital ini, muncul pertanyaan kritis: apakah media konvensional
masih relevan di era digital, khususnya di daerah seperti Madura?
Pertanyaan ini penting karena tidak semua wilayah
Indonesia memiliki tingkat literasi digital dan infrastruktur internet yang
merata. Di daerah seperti Madura, terutama Kabupaten Bangkalan, banyak
masyarakat yang masih berinteraksi dengan media tradisional seperti radio dan
surat kabar lokal. Sebagai contoh, radio lokal seperti Suara Bangkalan FM
dan Segara FM masih menjadi sarana informasi dan hiburan utama
masyarakat. Fenomena ini menunjukkan bahwa relevansi media konvensional tidak
hanya ditentukan oleh kemajuan teknologi, tetapi juga oleh faktor sosial,
ekonomi, dan budaya masyarakat setempat.
Esai ini akan mengkaji secara kritis relevansi media
konvensional di era digital dengan fokus pada masyarakat Bangkalan, Madura.
Analisis ini menggunakan pendekatan teoretis dari lima buku utama yaitu: Buku
Ajar Komunikasi Massa (Hadi et al., 2021), Komunikasi Digital (Asari
et al., 2023), Media, Komunikasi dan Jurnalistik di Era Digital (Fadila
et al., 2024), Media Pembelajaran: Dari Masa Konvensional Hingga Digital
(Syarifuddin & Utari, 2022), dan Konvergensi dari Media Konvensional ke
Digital (Nurrahmah, 2017) serta didukung data empiris dari BPS, APJII, dan
riset lokal Bangkalan.
PEMBAHASAN
Menurut (Hadi, Wahjudianata, dan Indrayani. 2021),
media konvensional memiliki tiga fungsi utama: sebagai penyampai informasi,
sarana hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi ini tidak hilang di era digital,
melainkan beradaptasi dengan bentuk baru komunikasi. Di Madura, media
konvensional seperti radio dan surat kabar masih menjalankan fungsi tersebut
dengan menyesuaikan format penyiaran agar lebih relevan dengan kebutuhan
masyarakat.
Secara nasional, penetrasi internet di Indonesia
mencapai 80,66% dari total populasi (APJII, 2025). Namun, survei yang sama
menunjukkan bahwa penetrasi di daerah pedesaan hanya 76,96%, jauh di bawah
rata-rata perkotaan (85,53%). Dengan karakter geografis dan sosial Madura yang
didominasi daerah pedesaan, hal ini menandakan masih banyak warga Bangkalan
yang belum sepenuhnya bergantung pada media digital. Media konvensional pun
menjadi saluran komunikasi yang lebih terjangkau dan mudah diakses.
Kondisi ekonomi juga menjadi faktor penting.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangkalan tahun
2024, rata-rata garis kemiskinan di Bangkalan adalah Rp 2.877.309 per rumah
tangga per bulan, dengan rata-rata anggota keluarga sebanyak 5,26 orang. Angka
ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat masih berada pada tingkat
ekonomi menengah ke bawah, yang membuat akses internet, kuota data, dan
perangkat digital menjadi beban tersendiri. Dalam konteks ini, radio dan
televisi konvensional menjadi pilihan rasional karena tidak membutuhkan biaya
akses tambahan seperti kuota internet.
Selain faktor ekonomi, aspek sosial-budaya juga
memperkuat relevansi media konvensional di Bangkalan. (Nurrahmah. 2017)
menjelaskan bahwa konvergensi media bukan berarti penghapusan media lama,
melainkan integrasi antara media tradisional dengan teknologi baru. Hal ini
tampak pada radio Suara Bangkalan FM yang tetap menyiarkan program
berbahasa Madura sambil memperluas jangkauan melalui akun media sosial seperti
Facebook dan YouTube. Berdasarkan data dari (data.go.id.2023), radio ini
memiliki peningkatan jumlah pengikut media sosial secara konsisten pada 2022-2023,
menunjukkan adaptasi media konvensional ke ekosistem digital tanpa kehilangan
karakter lokalnya.
Fenomena serupa juga terlihat pada Radio Segara FM
Bangkalan. Berdasarkan penelitian Neliti (Rohman, 2021), radio ini
menerapkan strategi Integrated Marketing Communication (IMC) dengan
memadukan penyiaran konvensional dan promosi digital. Program interaktif yang
mengundang partisipasi masyarakat melalui telepon dan media sosial menjadi cara
baru mempertahankan audiens muda. Strategi seperti ini sejalan dengan pandangan
(Syarifuddin dan Utari.2022) bahwa media konvensional yang mengadopsi
pendekatan digital akan tetap relevan, selama tidak meninggalkan fungsi
edukatif dan partisipatifnya.
Meskipun kehadiran media digital semakin luas, data
empiris menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih mendengarkan radio.
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024, sekitar 8,6%
penduduk Indonesia masih menjadi pendengar aktif radio setara dengan lebih dari
25 juta orang. Radio bahkan dianggap sebagai media dengan tingkat hoaks
terendah, yakni hanya 0,2% menurut Komisi Penyiaran Indonesia (KPI, 2023).
Fakta ini menguatkan temuan (Fadila et al.2024) bahwa media konvensional
memiliki keunggulan dari sisi kredibilitas dan kepercayaan publik dibandingkan
media sosial yang rawan manipulasi informasi.
Di Bangkalan sendiri, kedekatan media dengan
masyarakat menjadi kunci keberlanjutan. Siaran radio yang menggunakan bahasa
Madura memperkuat rasa memiliki masyarakat terhadap media lokal. Program
seperti “Kabar Bangkalan Hari Ini” dan “Dialog Interaktif Pemerintah
Daerah” di Suara Bangkalan FM menunjukkan bahwa radio masih menjadi
ruang publik efektif untuk menyampaikan informasi pemerintah dan sosial
kemasyarakatan. (Fadila et al. 2024) menegaskan bahwa kedekatan emosional
antara media dan masyarakat lokal adalah salah satu faktor utama yang membuat
media konvensional tetap relevan di era modern.
Dari perspektif komunikasi digital, (Asari et al.2023)
menjelaskan bahwa teknologi seharusnya tidak menggantikan peran media lama,
tetapi memperkaya ekologi komunikasi. Dalam konteks Bangkalan, ini terlihat
dari sinergi antara media konvensional dan digital. Radio tetap menjadi medium
utama bagi masyarakat desa dan pelaku UMKM untuk promosi lokal, sementara media
sosial menjadi kanal pendukung yang memperluas jangkauan audiens. Pola ini
menggambarkan model konvergensi dua arah: media lama tetap berfungsi sebagai
pusat kepercayaan publik, sementara media digital menjadi perpanjangan
distribusi informasinya.
Selain itu, masih banyak kelompok masyarakat Bangkalan
yang belum aktif menggunakan media digital. Berdasarkan temuan Internet,
Media Sosial, dan Perubahan Sosial di Madura (Trunojoyo Press, 2022),
literasi digital masyarakat Madura relatif rendah dibandingkan rata-rata Jawa
Timur. Banyak warga masih menggunakan internet secara pasif hanya untuk
hiburan, bukan untuk mencari informasi kritis atau berita publik. Dengan
demikian, media konvensional berperan penting sebagai penyeimbang agar
informasi publik tetap sampai ke semua lapisan masyarakat khususnya plosok desa.
Dari sisi pendidikan dan literasi, media konvensional
juga masih efektif digunakan dalam penyuluhan dan pembelajaran publik di
Bangkalan. Radio lokal sering dijadikan sarana kampanye kesehatan, pendidikan
anak, dan penyuluhan pertanian. Misalnya, program “Karimata Peduli” dan “Suara
Desa” menghadirkan narasumber pemerintah daerah, dokter, hingga tokoh
masyarakat. Program semacam ini menunjukkan relevansi media konvensional dalam
fungsi edukatif dan pemberdayaan sosial, sebagaimana ditegaskan (Syarifuddin
dan Utari. 2022) bahwa media tradisional masih memiliki daya guna tinggi dalam
pendidikan masyarakat di era digital.
Oleh karena itu, meskipun media digital terus
mendominasi ruang komunikasi global, media konvensional di Bangkalan masih
relevan karena tiga alasan utama. Pertama, aksesibilitas ekonomi dan
infrastruktur radio dan televisi lebih murah dan mudah diakses. Kedua,
kredibilitas dan kepercayaan sosial masyarakat lebih percaya pada media lokal
yang akrab dengan budaya mereka. Ketiga, fungsi budaya dan lokalitas media
konvensional masih berperan menjaga identitas Madura melalui bahasa, tradisi,
dan nilai gotong royong. Sejalan dengan pandangan (Nurrahmah 2017), selama
media konvensional mampu beradaptasi tanpa kehilangan nilai lokalnya, maka ia
tetap relevan di tengah arus globalisasi digital.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis teoretis dan data empiris, dapat disimpulkan bahwa media konvensional
masih relevan di era digital, khususnya di Bangkalan, Madura. Relevansi ini
tidak hanya karena keterbatasan infrastruktur digital, tetapi juga karena media
konvensional memiliki nilai sosial, budaya, dan kredibilitas yang tidak
tergantikan oleh media digital.
Media
seperti Suara Bangkalan FM dan Segara FM menjadi contoh nyata
bahwa adaptasi teknologi tidak harus menghilangkan nilai tradisional. Dengan
tetap menyiarkan program lokal dan memanfaatkan platform digital, media
konvensional mampu menjaga keseimbangan antara modernisasi dan pelestarian
budaya lokal.
Dengan
demikian, masa depan media konvensional di Madura bergantung pada kemampuan
mereka beradaptasi secara kreatif terhadap perkembangan digital tanpa
kehilangan identitas sosial dan kedekatan dengan masyarakat. Dalam konteks
seperti Bangkalan, media konvensional bukanlah sisa masa lalu, melainkan
penjaga nilai-nilai lokal yang menyesuaikan diri di era global.
DAFTAR PUSTAKA
Asari,
A., Syaifuddin, E. R., Ningsi, N., Sudianto, H. D. M., Adhicandra, I., Nuraini,
R., Baijuri, A., Pamungkas, A., Kusumah, F. G., Yuhanda, G. P., & Murti, S.
(2023). Komunikasi Digital. Penerbit Lakeisha.
Fadila,
R. N., Rahma, M. A., Trisnawati, T., Fitri, H., Astuti, W., Ahmad, R. H.,
Fuadin, R. F., Barokah, P. R., & Fisya’bani, F. (2024). Media,
Komunikasi dan Jurnalistik di Era Digital: Teori, Praktik, dan Tantangan Masa
Depan. PT Qriset Indonesia.
Hadi,
I. P., Wahjudianata, M., & Indrayani, I. I. (2021). Buku Ajar Komunikasi
Massa. CV Qiara Media.
Nurrahmah.
(2017). Konvergensi dari Media Konvensional ke Digital (Studi pada Harian
Ujungpandang Ekspres). Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Syarifuddin,
& Utari, E. D. (2022). Media Pembelajaran: Dari Masa Konvensional Hingga
Digital. Bening Media Publishing.
Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bangkalan. (2024). Kabupaten Bangkalan dalam
Angka 2024.
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2025). Survei
Penetrasi Internet Indonesia 2025.
Rohman,
A. (2021). Penerapan Integrated Marketing Communication di Media Radio
Segara FM Bangkalan. Neliti.
Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). (2023). Laporan Indeks Kepercayaan Publik
terhadap Media Penyiaran.

0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda